1. Orang yang mengatakan "Ya Rasulullah" atau "Hai orang yang gaib, berilah aku pertolongan dan anugrah," berarti berdo'a kepada selain Allah, meskipun niatnya bahwa yang memberikan pertolongan itu Allah.
Demikian pula orang yang berkata, "Saya sembahyang untuk Rasul atau wali" meskipun dalam hatinya untuk Allah, shalat seperti itu tidak akan diterima, karena ucapannya berlawanan dengan hatinya. Ucapan harus sesuai dengan niat dan keyakinan. Bila tidak demikian maka perbuatannya termasuk syirik yang tidak terampuni selain dengan taubat.
2. Apabila ia mengatakan bahwa yang diniatkan adalah Nabi atau wali itu sebagai perantara kepada Allah, seperti menghadap raja, amak yang demikian itu merupakan menyamakan (tasybih) Allah dengan makhluk yang dhalim. Tasybih seperti itu akan menyeretnya kepada kekufuran. Padahal Allah telah berfirman yang menyatakan kesuciaan Nya daripada persamaan dengan makhluk-Nya baik dari dzat, sifat maupun titah-Nya
Firman-Nya :
"Tidak ada sesuatu pun yang menyamai Allah dan Allah Maha Mendengar dan Maha Melihat." (Surat Al-Syura : 11).
Menyamakan Allah dengan makhluk adalah penyelewengkan, kufur dan syirik. Bagaimana jadinya kalau menyamakan Allah dengan makhluk yang dzalim? Maha Suci Allah dari perkataan orang yang dzalim itu.
3. Orang-orang musrik pada zaman Nabi Muhammad SAW meyakini bahwa Allahlah pencipta dan pemberi rezki, tetapi mereka berdo'a kepada wali-wali (pelindung) mereka yang berwujud patung.
Mereka beranggapan bahwa patung-patung itu menjadi perantara yang dapat mendekatkan mereka kepada Allah. Ternyata Allah tidak mentolerir perbuatan mereka itu bahkan mengkafirkan mereka dengan firman-Nya :
"Dan orang-orang yang mengambil pelindung selain Allah berkata : Kami tidak menyembah mereka kecuali hanya agar mereka dapat mendekatkan diri kami kepada Allah sedekat-dekatnya. Sesungguhnya Allah akan memutuskan di antara mereka tentang apa yang mereka perselisihkan. Sungguh Allah tidak memberikan petunjuk kepada orang-orang yang dusta dan ingkar." (Azzumar : 3)
Allah itu dekat dan mendengar, tidak perlu perantara.
Firman-Nya :
"Apabila hamba-hamba Ku bertanya tentang diriku, jawablah bahwa aku ini dekat." (Albaqarah : 186).
4. Orang-orang musyrik apabila berada dalam bahaya berdo'a hanya kepada Allah saja, tetapi seletah selamat dari bahaya, mereka berdo'a kepada pelindung-pelindungnya berpa patung-patung, sehingga Allah menyebut mereka sebagai orang kafir.
Firman-Nya :
"Dan apabila gelombang dari segenap penjuru menimpa dan mereka sadar bahwa mereka dalam kepungan bahaya, mereka berdo'a kepada Allah dengan ikhlas semata-mata kepada-Nya. Mereka berkata : Sesungguhnya jika Engkau menyelamatkan kami dari bahaya ini, pastilah kami akan termasuk orang-orang yang bersyukur." (Yunus : 22).
Maka kenapa sejumlah orang Islam berdo'a kepada para rasul dan orang-orang saleh (selain Allah SWT). Mereka meminta pertolongan daripadanya, baik di waktu susah maupun gembira. Apakah mereka tidak membaca firman Allah :
"Siapa gerangan yang lebih sesat daripada orang yang berdo'a kepada selain Allah, yaitu kepada orang yang tidak dapat memberikan pertolongan sampai hari kiamat, sedang mereka sendiri lalai akan do'a mereka. Dan apabila mereka dikumpulkan pada hari kiamat, niscaya sesembahan mereka itu akan menjadi musuh mereka dan mengingkari permujaan mereka." (Al-Ahgaf : 5-6).
5. Banyak orang yang menyangka bahwa kaum musyrikin yang disebut dalam Al-Qur'an itu adalah orang yang menyembah patung yang terbuat dari batu. Anggapan itu keliru, sebab patung-patung itu dahulunya adalah nama-nama orang shaleh Imam Bukhari meriwayatkan dari Ibnu Abbas RA mengenai firman Allah dalam Surah Nuh :
"Dan mereka berkata : jangan sekali-sekali kamu meninggalkan (penyembahan) tuhan-tuhanmu dan jangan pula meninggalkan WADDSUWA'A, YAGHUTS, YA'UQ dan NASR (nUH : 23).
Ibnu Abbas mengatakan bahwa nama itu adalah nama orang-orang shaleh umat nabi Nuh AS. Setelah mereka mati syaitan membisikan kepada para pengikutnya agar di tempat duduk mereka, mereka mendirikan monumen-monumen yang diberi nama dengan nama mereka. Mereka melaksanakannya namun patung-patung itu belum sampai disembah. Setelah pembuatan patung-patung itu mati dan generasi berikutnya tidak lagi mengetahui asal-usulnya, patung-patung itu akhirnya disembah.
6. Allah membantah orang-orang yang berdo'a kepada para Nabi dan wali :
"Katakanlah, panggilan mereka yang kamu anggap tuhan selain Allah. Mereka tidak mempunyai kekuasaan untuk menolak bahaya daripadamu dan tidak pula memindahkannya. Oarang-orang yang mereka seru itu sendiri justru mencari jalan kepada Tuhan mereka, siapa diantara mereka yang lebih dekat dengan Allah dan juga mengharapkan rahmat-Nya serta takut akan azab-Nya. Sesungguhnya azab Tuhanmu itu sesuatu yang patut ditakuti." (Al-Isra : 56-57).
Imam Ibnu Katsir menafsirkan bahwa ayat itu turun mengenai kelompok manusia yang menyembah jin dan berdo'a kepadanya. Jin tersebut kemudian masuk Islam. Ada juga yang mengatakan kepada ayat itu turun mengenai orang-orang yang berdo'a kepada Isa Al-Masih dan malaikat.
Dari keterangan-keterang di atas telah jelas bahwa ayat ini membantah dan mengingkari orang-orang yang berdo'a kepada selain Allah, meskipun kepada nabi atau wali.
7. Ada orang yang menyangka bahwa minta tolong (istighosah) kepada selain Allah itu boleh dengan alasan bahwa yang memberi pertolongan sebenarnya adalah Allah, seperti istighosah kepada rasul dan wali-wali. Ini dikatakan boleh seperti ada orang berkata : Saya disembuhkan oleh obat dan dokter. Pendapat ini salah dan dibantah oleh firman Allah yang mengisahkan do'a Nabi Ibrahim AS :
"Allahlah yang menciptakan aku maka Dialah yang memberi petunjuk kepadaku. Dialah yang memberi makan dan minumku, dan apabila aku sakit Dialah yang menyembuhkanku." (Asyu'ara : 78-79-80).
Ayat ini menerangkan bahw pemberi petunjuk, rezki dan kesembuhan adalah Allah saja bukan yang lain, sedangkan obat hanyalah sebagai sebab saja dan tidak menyembuhkan.
8. Banyak orang yang tidak dapat membedakan antara istighotsah kepada orang hidup dan istighotsah kepada orang mati.
Fiman Allah :
"Tidaklah sama orang yang hidup dengan orang yang mati." (Fathir : 22).
"Nabi Musa dimintai tolong oleh seorang dari golongannya untuk mengalahkan musuh orang itu." (Al-Qashas : 15).
Ayat ini menceritakan tentang seseorantg yang minta tolong kepada Musa agar melindunginya dari musuhnya dan Musa pun menolongnya :
"Dan Musa pun meninjunya sehingga matilah musuh itu." (Al-Qashas : 15)
Adapun orang mati tidak boleh kita meminta tolong kepadanya karena ia tidak dapat mendengar do'a kita. Andaikata ia mendengar pun ia tidak dapat memenuhi permintaan kita karena ia tidak dapat melakukannya. Firman Allah :
"Apabila kamu berdo'a kepada mereka, mereka tidak dapat mendengar do'a kamu dan seandainya mereka dapat mendengar, mereka tidak dapat memenuhi permintaanmu. Dan pada hari kiamat mereka akan mengingkari kemusyrikanmu." (Fathir : 14).
"Dan berhala-berhala yang mereka seru selain Allah itu tidak dapat membuat sesuatu apa pun sedang mereka sendiri dibuat orang. Mereka itu benda mati, tidak hidup dan mereka itu tidak dapat mengetahui kapan para penyembahyang akan dibangkitkan." (Annahl : 20-21).
9. Dalam hadits-hadits saheh tersebut terdapat keterangan bahwa manusia pada hari kiamat nanti mendatangi para nabi untuk meminta syafa'at sampai mereka mendatangi nabi Muhammad SAW untuk meminta syafa'at agar segera dibebaskan. Nabi Muhammad menjawab : Ya, memang saya dapat memberi syafa'at kemudian beliau sujud di bawah arasy dan memohon kepada Allah agar mereka segera dibebaskan dan dipercepat proses penghisabannya. Syafa'at ini adalah permintaan nabi Muhammad SAW dan waktu itu beliau dalam keadaan hidup di mana beliau dapat berbicara dengan mereka lalu beliau memohonkan syafa'at. Itulah yang diperbuat Rasulullah SAW.
10. Argumen yang paling tepat untuk membedakan antara memohon kepada orang mati dan orang hidup adalah apa yang dikatakan oleh Umar bin Khattab pada waktu terjadi kekeringan dimana beliau meminta kepada Al Abbas paman Rasulullah SAW untuk mendoakan mereka, dan Umar tidak pernah meminta tolong kepada Nabi SAW setelah beliau wafat.
11. Ada sejumlah ulama yang menyangka bahwa tawassul itu sama dengan istighotsah, padahal perbedaan antara keduanya besar sekali. Tawassul adalah berdo'a kepada Allah melalui perantara peseperti : Wahai Allah, denga perantaan cintaku kepadamu dan cintaku kepada Rasulmu bebaskanlah kami. Do'a dengan cara tawassul seperti ini boleh. Istighosah adalah berdo'a ke pada selain Allah seperti : Wahai Rasulullah, bebaskan kami. Ini tidak boleh, bahkan termasuk syirik besar berdasarkan firman Allah :
"Katakanlah (wahai Muhammad), sesungguhnya aku tidak mendatangkan sesuatu kemudharatan pun kepadamu dan tidak pula suatu kemanfaatan." (Al-Jin : 21).
"Katakanlah, sesungguhnya aku hanya menyembah Tuhanku dan aku tidak mempersekutukan sesuatu pun kepada-Nya." (Al-Jin : 20).
Berdasarkan hadits shaheh Riwayat Imam Turmudzi bahwa Rasul Allah bersabda : Apabila kamu minta, mintalah kepada-Ku dan apabila kamu minta tolong mintalah kepada Allah.
Sebuah syair menyebutkan :
kupanjatkan do'a kehadirat Allah semata
semoga selamat dari siksa nan hina
agar terhindar dari duka nestapa
dan kepada-Mu kupohonkan hampura.
0 komentar:
Posting Komentar