PAI---Tahlilan merupakan kegiatan membaca serangkaian ayat Alquran dan zikir-zikir dengan maksud menghadiahkan pahala bacaannya kepada orang yang telah meninggal. "Tahlilan" berasal dari kata bahasa Arab tahlīl (تهليل) yang berarti membaca kalimat Lā ilāh(a) illa Allāh (لا إله إلا الله “Tidak ada sesembahan yang berhak untuk disembah selain Allah”), salah satu yang dibaca pada kegiatan tahlilan. Tradisi tahlilan biasa diselenggarakan setiap malam Jumat atau pada hari-hari kesekian setelah meninggalnya seseorang, meskipun tidak terbatas pada dua kesempatan tersebut.
Tahlilan adalah ritual/upacara selamatan yang dilakukan sebagian umat Islam, kebanyakan di Indonesia dan kemungkinan di Malaysia, untuk memperingati dan mendoakan orang yang telah meninggal yang biasanya dilakukan pada hari pertama kematian hingga hari ketujuh, dan selanjutnya dilakukan pada hari ke-40, ke-100, kesatu tahun pertama, kedua, ketiga dan seterusnya. Ada pula yang melakukan tahlilan pada hari ke-1000.
Sudut pandang lain melihat bahwa kegiatan yang sama merupakan “acara kumpul-kumpul di rumah kematian sambil makan-makan disertai mendoakan sang mayit agar dirahmati oleh Allah,” karena memang penyelenggara memberikan makanan hidangan dan untuk dibawa pulang.
Lafazh tahlil berasal dari kata:
هَلَّلَ – يُهَلِّلُ – تَهْلِيْلا
"Halal" "Yuhalil" "Tahlil"
Artinya: "Mengucapkan la ilaha illallah"
Kalimat "la ilaha illallah" jika diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia bermakna: "tidak ada Tuhan selain Allah."
Kata Tahlilan berasal dari bahasa Arab tahliil (تَهْلِيْلٌ) dari akar kata:
هَلَّلَ – يُهَلِّلُ – تَهْلِيْلا
yang berarti mengucapkan kalimat: لاَإِلَهَ إِلاَّ اللهُ . Kata tahlil dengan pengertian ini telah muncul dan ada di masa Rasulullah shalla Allahu alaihi wa sallam, sebagaimana dalam sabda beliau:
عَنْ أَبِي ذَرٍّ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ قَالَ يُصْبِحُ عَلَى كُلِّ سُلَامَى مِنْ أَحَدِكُمْ صَدَقَةٌ فَكُلُّ تَسْبِيحَةٍ صَدَقَةٌ وَكُلُّ تَحْمِيدَةٍ صَدَقَةٌ وَكُلُّ تَهْلِيلَةٍ صَدَقَةٌ وَكُلُّ تَكْبِيرَةٍ صَدَقَةٌ وَأَمْرٌ بِالْمَعْرُوفِ صَدَقَةٌ وَنَهْيٌ عَنِ الْمُنْكَرِ صَدَقَةٌ وَيُجْزِئُ مِنْ ذَلِكَ رَكْعَتَانِ يَرْكَعُهُمَا مِنَ الضُّحَى .رواه مسلم
“Dari Abu Dzar radliallahu 'anhu, dari
Nabi shalla Allahu alaihi wa sallam, sesungguhnya beliau bersabda:
"Bahwasanya pada setiap tulang sendi kalian ada sedekah. Setiap bacaan
tasbih itu adalah sedekah, setiap bacaan tahmid itu adalah sedekah,
setiap bacaan TAHLIL itu adalah sedekah, setiap bacaan takbir itu
adalah sedekah, dan amar ma’ruf nahi munkar itu adalah sedekah, dan
mencukupi semua itu dua rakaat yang dilakukan seseorang dari sholat
Dluha.” (Hadits riwayat: Muslim).
Allah SWT berfirman dalam Al-Qur'an:
فَاعْلَمْ أَنَّهُ لَا إِلَٰهَ إِلَّا اللَّهُ
وَاسْتَغْفِرْ لِذَنْبِكَ وَلِلْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ ۗ وَاللَّهُ
يَعْلَمُ مُتَقَلَّبَكُمْ وَمَثْوَاكُمْ
Artinya:
Maka ketahuilah, bahwa sesungguhnya tidak ada Ilah (sesembahan, tuhan)
selain Allah dan mohonlah ampunan bagi dosamu dan bagi (dosa)
orang-orang mukmin, laki-laki dan perempuan. Dan Allah mengetahui tempat
kamu berusaha dan tempat kamu tinggal.
." (QS.Muhammad, 19).
Kalimat "la ilaha illallah" disebut juga dengan kalimat tauhid karena dengan kalimat ini seseorang meyakini bahwa tidak ada Tuhan yang berhak disembah melainkan Allah, artinya mengakui ke-Esa-an Allah
Kalimat "la ilaha illallah" disebut juga "kalimatul-ikhlas," (HR Tabrani) karena murni hanya berbicara tentang Allah SWT, tidak ada pembicaraan lain.
Kalimat ini disebut juga dzikir, karena denganNya seseorang berdzikir mengingat Allah SWT.
Kalimat "la ilaha illallah" disebut juga kalimat thayyibah (kata-kata yang baik), da'watul-haq (seruan kebenaran) dan al 'urwah al da'watul-haq (seruan kebenaran) dan al 'urwah al wustqa (pegangan yang kokoh).
Kalimat "la ilaha illallah" terdiri dari "nafi" dan "itsbat" "nafi" adalah menafikan (membatalkan semua yang dituhankan dan membatalkan ibadah kepada semua yang dituhankan, berbunyi: illallah.
Lafazh Allah berasal dari kata ilah (...), jamaknya alihah (...) artinya apa saja yang disembah atau yang dipertuhankah. Kemudian Lafazh ilah ini ditambah dengan alif dan lam makrifah, sehingga menjadi alilah (...), kemudian huruf hamzahnya dibuang dan lam pertama dimasukan ke dalam lam kedua (idgam), maka jadilah Allah (اللَّهُ).
Sungguh menjakjubkan, apapun huruf dipermulaannya yang dikurangi, maknanya akan selalu menunjukkan kepada Dia yang punya nama. Kalau alif dihilangkan, maka akan muncul lillah (...), berarti untuk Allah atau karena Allah: kalau lam pertama dihapus, muncul lahu (...) berarti bagi-Nya; begitu pula jika lam kedua dibuang, maka akan tersisa huruf ha. Bila huruf ha ini dibaca secara sukun (...) maka akan muncul ucapan : "ah". inilah bunyi rintihan semua manusia yang menderita atau meringis, hal ini merupakan sebutannya terhadap Tuhan baik orang itu kenal kepada-Nya atau tidak.
Pada perkembangan terakhir, Allah hanya nama yang diperuntukan bagi Tuhan yang sebenarnya dan berhak untuk disembah.
2. TAHLIL DAN SYAHADAT
Seorang non muslim jika ia memeluk Islam dan Mualaf, ia harus mengatakan kalimat ""la ilaha illallah". Dengan kalimat ini ia mengakui ke-Esa-an Allah SWT. Hal ini disebut dengan syahadat tauhid. Syahadat tauhid ini disempurnakan dengan pengakuan akan kerasulan Nabi Muhammad SAW yang disebut syahadat rasul; sehingga berbunyi:
.........................
Artinya:
"Aku bersaksi (mengakui) bahwa tidak ada Tuhan (yang disembah dengan sebenarnya) melainkan Allah dan aku bersaksi (mengakui) bahwa Muhammad adalah Rasul Allah."
Dengan demikian, syahadat terbagi dua yaitu: syahadat tauhid dan syahadat Rasul.
1). Syahadat Tauhid:
................
Dengan kalimat ini seseorang :
- Mengakui bahwa hanya Allah-lah yang menciptakan alam semesta (Rabb al-'Alamin). pengakuan ini disebut Tauhid Rububiyyah.
- Mengakui bahwa Allah-lah yang berhak disembah dan ditaati segala aturan (syari'at) Nya. Pengakuan ini disebut Tauhid Uluhiyyah.
2). Syahadat Rasul:
Dengan kalimat ini seseorang mengakui bahwa:
a. Allah yang disembah dan ditaati itu adalah Tuhan yang diterangkan oleh Nabi Muhammad SAW, yang Maha Esa pada Dzat, sifat dan Af"al-Nya.
- Dzat Allah SWT diyakini akan wujud eksistensi-Nya
- Sifat Allah SWT disaksikan bekas-bekasnya melalui ayat-ayat-Nya yang terpampang di alam semesta dan pada diri manusia sendiri.
- Af'al Allah SWT dihayati terjadinya melalui gerak dan diam yang ada pada alam semesta ini di setiap saat dan waktu.
b. Ibadah yang dilaksanakan harus sesuai dengan acuan yang dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW dan untuk mencari ridha Allah SWT (ikhlas untuk-Nya).
Demikianlah tentang makna dan pengertian Tahlil, yang terkait dengan kegiatan Tahlilan yang sering dilakukan di masyarakat kita. Semoga tulisan ini bermanfaat, terimakasih sudah berkunjung kembali di blog sisa Harimanusia ini. Wassalam...
0 komentar:
Posting Komentar