PAI-Pendidikan Agama Islam---Ibadah sholat yang kita lakukan hendaknya selalu khusyu, agar sholat menjadi lebih bernilai, bukan sekedar menunaikan kewajiban saja, tetapi merupakan ibadah yang sempurna untuk mencapai keridhoan Allah SWT.
Sebelum kita membahas lebih jauh tentang bagaimana sholat yang khusyu tersebut, alangkah baiknya kita pahami pengertian tentang khusyu itu sendiri.
Pengertian Tentang Khusyu
Tentang sholat yang khusyu ini Allah telah menjelaskan dalam Al-Qur'an sebagai berikut:
Katakanlah : "Sesungguhnya aku diperintahkan menyembah Allah dengan tulus ikhlas, beragama karena-Nya semata-mata," Q: XXXIX (Al-Qur'an Surah Az-Zumar): 1
Secara mendasar ayat ini telah menuntun kita menuju pokok utama sasaran pembicaraan dalam blog ini, yaitu masalah khusyu". Pada hakikatnya pengertian sholat yang khusyu' itu telah terkandung oleh ayat di atas. Tatapi mengingat kenyataannya, keterbatasan kita sebagai manusia yang selalu ragu-ragu kita harus menambahkan lagi dengan pernyataan-pernyataan yang lain untuk menunjang pengertian tersebut dengan penjelasan af'al dari istilah itu.
Jika disusun secara lebih terurai, khusyu' itu akan menampilkan pengertian kurang lebih sebagai berikut:
Khusyu adalah menyengaja, ikhlas dan tunduk lahir dan bathin; dengan menyempurnakan keindahan bentuk/sikap lahirnya, serta memenuhi dengan kehadiran hati, kesadaran dan pengertian (penta'rifan) segala ucapan dan bentuk atau sikap lahir.
Arti khusyu’ dalam bahasa Arab ialah al-inkhifaadh (merendah), adz-dzull (tunduk), dan as-sukuun (tenang). Seseorang dikatakan telah mengkhusyu’kan matanya jika dia telah menundukkan pandangan matanya. Secara terminology khusyu’ adalah seseorang melaksanakan shalat dan merasakan kehadiran Allah SWT yang amat dekat kepadanya, sehingga hati dan jiwanya merasa tenang dan tentram, tidak melakukan gerakan sia-sia dan tidak menoleh. Dia betul-betul menjaga adab dan sopan santun di hadapan Allah SWT. Segala gerakan dan ucapannya dia konsentrasikan mulai dari awal shalat hingga shalatnya berakhir.
Sedangkan menurut para ulama khusyu’ adalah kelunakan hati, ketenangan pikiran, dan tunduknya kemauan yang renadah yang disebabkan oleh hawa nafsu dan hati yang menangis ketika berada di hadapan Allah sehingga hilang segala kesombongan yang ada di dalam hati tersebut. jadi, pada saat itu hamba hanya bergerak sesuai yang diperintahkan oleh Tuhannya Allah SWT.
Dalam Al-Qur’an kata khusyu’ disebutkan sebanyak 17 kali dalam bentuk kata yang berbeda. Meskipun mayoritas ditujukan kepada manusia namun ada juga sebagian ayat yang menyatakan bahwa khusyu’ berlaku juga untuk benda-benda yang lain seperti gunung dan bumi.
Karenanya, termasuk ke dalam sholat khusyu' itu segala sesuatu yang menggambarkan tunduk dalam berbagai ragam segi sebagai berikut:
1. Sikap hormat, sungguh-sungguh dan tertib
(yang sudah barang tentu menolak sikap memain-maikan anggota badan, berpaling-paling, terburu-buru, dan sikap seenaknya).
2. Merendahkan suara, menyempurnakan tartil
(yang sudah barang tentu menolak suara yang berlebih-lebihan dalam lagu dan mengeraskannya, ucapan/lafadz yang tergesa-gesa dan sembrono)
3. Menenangkan sikap, memusatkan perhatian dan pikiran
(yang sudah barang tentu menolak sikap/berdiri yang tidak stabil, mata yang melihat-lihat ke kiri dan kekanan pikiran yang gelisah atau masih terpaut kepada hal-hal yang lain).
Sebenarnya istilah yang menggambarkan af'al khusyu ini bukanlah tertentu kepada shalat saja, melainkan juga dalam pekerjaan lain yang bukan shalat, bahkan dalam renungan ketika kesepian atau sampai-sampai ketika buang air dalam kamar mandi kecil sekalipun.
Kristalisasi sikap khusyu' di dalam shalat secara menyeluruh, dapat disimpulkan dalam pengertian ihsan yang dijelaskan Rasulullah saw:
Menyebah Allah seolah-olah engkau melihat Dia, karena walaupun engkau tidak melihat-Nya, sesungguhnya Allah melihat engkau (Bukhari: 42 - Muslim; 1).
Itulah sebabnya Imam Ghazali mengatakan bahwa khusyuk itu adalah sebuah iman dan natijah keyakinan yang dikarenakan oleh kebesaran Allah SWT.
Karenanya, termasuk ke dalam sholat khusyu' itu segala sesuatu yang menggambarkan tunduk dalam berbagai ragam segi sebagai berikut:
1. Sikap hormat, sungguh-sungguh dan tertib
(yang sudah barang tentu menolak sikap memain-maikan anggota badan, berpaling-paling, terburu-buru, dan sikap seenaknya).
2. Merendahkan suara, menyempurnakan tartil
(yang sudah barang tentu menolak suara yang berlebih-lebihan dalam lagu dan mengeraskannya, ucapan/lafadz yang tergesa-gesa dan sembrono)
3. Menenangkan sikap, memusatkan perhatian dan pikiran
(yang sudah barang tentu menolak sikap/berdiri yang tidak stabil, mata yang melihat-lihat ke kiri dan kekanan pikiran yang gelisah atau masih terpaut kepada hal-hal yang lain).
Sebenarnya istilah yang menggambarkan af'al khusyu ini bukanlah tertentu kepada shalat saja, melainkan juga dalam pekerjaan lain yang bukan shalat, bahkan dalam renungan ketika kesepian atau sampai-sampai ketika buang air dalam kamar mandi kecil sekalipun.
Kristalisasi sikap khusyu' di dalam shalat secara menyeluruh, dapat disimpulkan dalam pengertian ihsan yang dijelaskan Rasulullah saw:
Menyebah Allah seolah-olah engkau melihat Dia, karena walaupun engkau tidak melihat-Nya, sesungguhnya Allah melihat engkau (Bukhari: 42 - Muslim; 1).
Itulah sebabnya Imam Ghazali mengatakan bahwa khusyuk itu adalah sebuah iman dan natijah keyakinan yang dikarenakan oleh kebesaran Allah SWT.
0 komentar:
Posting Komentar