Home » , »

  Salat Istisqa' dan Tata Caranya dalam Islam menurut Fiqih


Merujuk pada buku Fikih Ibadah Madzhab Syafi'i oleh Syaikh DR. Alauddin Za'tari, kata istisqa bermakna minta siraman. Sementara menurut pengertian syariat, istisqa adalah memohon kepada Allah SWT agar berkenan menurunkan hujan kepada hamba-Nya saat mereka sangat membutuhkan.


Disebutkan dalam buku Fikih Ibadah Madzhab Syafi'i, shalat istisqa hukumnya sunah muakkadah, yakni amalan yang dianjurkan Rasulullah. Serta boleh mengulang sholat istisqa lebih dari satu kali hingga hujan turun.


Dalam hadits yang diriwayatkan dari Abbad bin Tamim, ia berkata:


"Sesungguhnya Rasulullah mengajak orang-orang keluar untuk memohon turunnya hujan. Beliau shalat dua rakaat bersama mereka, dan beliau membaca dengan suara keras. Setelah memindahkan kain selendang, beliau mengangkat kedua tangannya, lalu berdoa memohon diturunkan hujan sambil menghadap kiblat." (HR Bukhari)

Tata Cara Sholat Istisqa beserta Waktu dan Persiapan Pelaksanaannya


Sesuai dengan namanya, al-istisqa' ialah meminta curahan air penghidupan (thalab al-saqaya). Para ulama Fiqh mendefinisikan salat Istisqa sebagai salat Sunnah muakkadah yang dikerjakan untuk memohon kepada Allah SWT agar menurunkan air hujan.


Salat istisqa' telah dipraktikkan di zaman Rasulullah Saw. Dalam hadis yang diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a. disebutkan:


خرج النبي صلى الله عليه وسلم يوماً يستسقي فصلى بنا ركعتين بلا أذان ولا إقامة ثم خطبنا ودعا الله عز وجل وحول وجهه نحو القبلة رافعاً يديه ثم قلب ردائه فجعل الأيمن الأيسر والأيسر الأيمن


Artinya: Nabi Muhammad Saw keluar rumah pada suatu hari untuk memohon diturunkan hujan, lalu beliau salat dua rekaat bersama kita tanpa azdan dan iqamat, kemudian beliau berdiri untuk khutbah dan memanjatkan doa kepada Allah Swt dan seketika itu beliau mengalihkan wajahnya (dari semula menghadap ke arah hadirin) menghadap ke kiblat serta mengangkat kedua tangannya, serta membalikkan selendang sorbannya, dari pundak kanan ke pundak kiri, begitupun ujung sorbannya (HR. Imam Ahmad).


Adapun waktu pelaksanaan salat istisqa' adalah di siang hari, sebagaimana hadis yang diriwayatkan dari istri beliau, Aisyah Ra.:


خرج رسول الله صلى الله عليه وسلم حين بدا حاجب الشمس


Dalam hadits ini Rasulullah Saw mengerjakan salat istisqa' setelah matahari muncul di atas permukaan bumi, seperti waktu dimulainya salat Idul Fitri atau idul Adha. Para ulama berpendapat salat istisqa' dapat dikerjakan hingga sore hari, asalkan tidak pada waktu diharamkan mengerjakan salat, yaitu pas matahari di atas kepala dan pas terbenam matahari.


Sedangkan tata cara isalat Istisqa' adalah pertama: imam dan makmum berkumpul di tanah lapang untuk mengerjakan salat secara berjamaah.


Kedua: imam dan makmum tanpa didahului azdan dan iqamat berniat membaca niat salat istisqa'


أصلي سنة الاستسقاء ركعتين مستقبل القبلة اماما/ماموما لله تعالى


Ketiga: sesudah takbiratul ihram, imam dan makmum melakukan takbir 7 x pada rekaat pertama, dan 5 x takbir pada rekaat kedua.


Keempat: pada tiap-tiap rakaatnya imam membaca surat al-fatihah dan satu surat pendek secara jelas yang dapat didengarkan oleh para makmum. Dilanjutkan dengan rujuk, dua sujud dan duduk di antara dua sujud.


Kelima: pada rekaat kedua setelah sujud, imam dan makmum melakukan duduk tahiyyat akhir dan membaca bacaan tahiyyat, tasyahhud, dan salawat seperti yang dibaca dalam salat wajib. Diakhiri dengan bacaan salam dengan menolehkan wajah dan kepala ke kanan dan ke kiri.


Keenam: imam menyampaikan khutbah dan didengarkan oleh jamaah yang hadir. Khutbah salat istisqa' terdiri dari dua khutbah yang disampaikan khatib dengan cara berdiri dan sekali duduk di antara kedua khutbah. Rukun khutbah dan tatacaranya dalam salat istisqa' sama dengan yang dilakukan khatib sesudah salat Id. Diantaranya membaca takbir 9 x pada khutbah pertama dan takbir 7 x pada khutbah kedua.


Dalam materi khutbah dianjurkan khatib mengajak umat Islam untuk bertaubat, meminta ampun atas segala dosa, serta memperbanyak istighfar dengan harapan Allah SWT mengabulkan apa yang menjadi kebutuhan umat Islam dan makhluk hidup lainnya pada saat kemarau panjang.


Tiap-tiap mengakhiri khutbah pertama dan khutbah kedua, khatib disunnahkan membaca doa dengan cara dirinya membalikkan badan dan membelakangi jamaaah untuk menghadap kiblat, menukar posisi selendang sorban di pundaknya, seraya mengangkat kedua tangannya.


Adapun doa yang dipanjatkan pada penghujung khutbah salat istisqa' yang pernah dibaca Rasulullah Saw adalah sebagai berikut:


1- ((اللهم اسقنا، اللهم اسقنا، اللهم اسقنا))، وفي لفظ: ((اللهم أغثنا، اللهم أغثنا، اللهم أغثنا))


2 – ((اللهم اسقنا غيثًا مغيثًا، مريعًا، نافعًا غير ضار، عاجلاً غير آجل))


3 – ((الحمد لله رب العالمين، الرحمن الرحيم، ملك يوم الدين، لا إله إلا الله يفعل ما يريد، اللهم أنت الله لا إله إلا أنت الغني ونحن الفقراء، أنزل علينا الغيث واجعل ما أنزلت لنا قوة وبلاغًا إلى حين))


4 – ((اللهم اسق عبادك، وبهائمك، وانشر رحمتك، وأحيي بلدك الميت))


5 – ((اللهم اسقنا غيثًا مريئًا مريعًا طبقًا عاجلاً غير رائث ، نافعًا غير ضار))


Demikian penjelasan tentang salat istisqa' secara singkat dan padat. Mudah-mudahan negeri kita tercinta ini selamat dari dampak perubahan iklim yang ekstrim. Amiin


Sumber & Referensi

https://kemenag.go.id/kolom/salat-istisqa-dan-tata-caranya-ufudI


0 komentar:

Posting Komentar

Cari Artikel