PAI---Tidak ada manusia yang sempurna dalam segala hal, selalu saja ada 
kekurangan. Boleh jadi ada yang indah dalam rupa, tapi ada kekurangan 
dalam gaya bicara, bagus dalam penguasaan ilmu, tapi tidak mampu 
menguasai emosi dan mudah tersinngung, kuat di satu sisi, tapi lemah di 
sudut yang lain.
Dari situlah kita harus cermat mengukur timbangan penilaian terhadap 
seseorang, apa kekurangan dan kesalahannya dan mengapa bisa begitu, 
serta seterusnya. Seperti apapun orang yang sedang kita nilai, keadilan 
tidak boleh dilupakan. Walaupun terhadap orang yang tidak disukai, 
yakinlah kalau dibalik keburukan sifat seorang Mukmin, pasti ada 
kebaikan di sisi yang lain.
Akan tetapi walaupun kita boleh mengukur akan sifat seseorang kita 
tidak boleh mengungkapkan atau membicarakan sifat seseorang tersebut 
karena hal itu bisa menjadi sebuah ‘aib’-nya sendiri. Ada sebuah pepatah
 Islam mengatakan “Siapa yang membuka aib orang lain, sama dengan 
memakan bangkai”.
Alangkah baiknya dari pada membicarakan aib atau privasi orang lain 
lebih baik kita memperbaiki diri kita sendiri karena ada sebuah hadis 
yang berbunyi “Seorang mukmin adalah cermin bagi mukmin lainnya. Apabila
 melihat aib padanya, dia segera memperbaikinya.”(HR. Bukhari)
Karena jika kita membicarakan aib pastinya hal tersebut sudah menjadi
 suatu kebiasaan antara satu orang dengan orang yang lainnya saling 
membicarakan aib orang lain. Apakah ini dibolehkan atau apakah ini hal 
yang wajar di dalam Islam.
“Pada dasarnya diharamkan bagi seorang Muslim mengungkapkan ‘aib’ 
saudaranya karena ini termasuk ke dalam perbuatan ‘ghibah’, yaitu 
mengungkapkan aib saudaranya sesama Muslim pada saat orang itu tidak ada
 dihadapannya dan saudaranya itu tidak menyukainya jika berita tersebut 
sampai kepadanya tanpa adanya suatu keperluan. Oleh karena itu para 
Ulama mengharamkan ghibah ini jika dilakukan tanpa adanya suatu 
kepentingan bahkah termasuk ke dalam kategori dosa besar,” ujar sorang Ustad .
Allah SWT telah berfirman,
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اجْتَنِبُوا كَثِيرًا مِنَ الظَّنِّ إِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ إِثْمٌ ۖ وَلَا تَجَسَّسُوا وَلَا يَغْتَبْ بَعْضُكُمْ بَعْضًا ۚ أَيُحِبُّ أَحَدُكُمْ أَنْ يَأْكُلَ لَحْمَ أَخِيهِ مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوهُ ۚ وَاتَّقُوا اللَّهَ ۚ إِنَّ اللَّهَ تَوَّابٌ رَحِيمٌ
Artinya, “Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan 
purba-sangka (kecurigaan), karena sebagian dari purba-sangka itu dosa. 
Dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan 
satu sama lain. Adakah seorang di antara kamu yang suka ‘memakan daging’
 saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. 
Dan bertakwalah kepada Allah SWT. Sesungguhnya Allah SWT Maha Penerima 
Taubat lagi Maha Penyayang.”(Al-Hujurat : 12).
“Sampai sini masihkah kita membicarakan aib atau privasi orang lain?.
 Ketahuilah jika kita ingin menjaga aib kita maka kita pun harus menjaga
 aib orang lain pula, tentunya kita tidak ingin jika ada seseorang 
membicarakan aib kita bukan oelh karena itu jangan lah membicarakan aib 
orang lain. Karena sesungguhnya Allah SWT akan menjaga aib seseorang 
apabila orang tersebut menjaga aib orang lain,” katanya lagi.
وَمَنْ سَتَرَ عَلَى مُسْلِمٍ فِي الدُّنْيَا سَتَرَ اللَّهُ عَلَيْهِ فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ
Artinya, “Dan barangsiapa yang menutupi (aib) seorang muslim sewaktu 
di dunia, maka Allah akan menutup (aibnya) di dunia dan akhirat.” (HR. 
At Tirmidzi).
“Yang harus kita ingat agar kita tidak membicarakan aib orang lain 
adalah mungkin saja ini ujian yang Allah SWT berikan kepada orang itu 
sehingga Allah SWT tampakan kesalahan dan aib orang tersebut agar bisa 
menjadi ujian juga bagi kita dengan harapan kita dapat mengambil 
pelajaran dari apa yang tampak dari aib itu. Dengan demikian kita 
semestinya menutup aib tersebut sehingga Allah SWT akan memberi jaminan 
bahwa aib kita akan ditutup pula baik di dunia maupun di akhirat,” 
ungkapnya lagi.
“Seandainya dosa itu dapat mengeluarkan bau busuk dan kita dapat 
mencium bau busuk tersebut, mungkin saja kita ini lebih busuk baunya 
dibandingkan orang yang tampak aibnya itu. Tetapi karena Allah SWT telah
 menutup aib kita, Allah SWT telah menutup aib umat Nabi Muhammad SAW, 
maka apa yang kita rahasiakan ditutup oleh Allah SWT. Allah SWT masih 
mengharapkan taubat kita. Oleh karena itu, jika kita melihat aib yang 
ada pada diri orang lain, jangan sampai kita merendahkan dan menyebarkan
 aib itu. Sebab, kalau kita melakukannya maka Allah SWT akan membuka aib
 kita di dunia dan di akhirat,” ujar ia menutup pembicaraan.

 
.jpg) 
 
 
 
 
 
 
0 komentar:
Posting Komentar