TIPS AGAR RAMBUT SEHAT TIDAK PUTIH BERUBAN SEPERTI RASULULLAH

بِسْــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم

PAI-Pendidikan Agama Islam---Tips agar rambut sehat dan tidak beruban seperti Rasulullah. Banyak dari kita yang mengeluhkan perubahan terhadap pernampilan kepala karena uban yang tumbuh di kepala. Kita sering melakukan segala cara untuk mengatasi uban, mulai dari obat-obatan hingga trapi tertentu yang diharapkan dapat menghilangkan uban tersebut.

Tahukah anda, ternyata ada cara dan tips yang ampuh menurut Rasulullah untuk mengatasi uban di kepala.

Rasulullah Muhammad SAW ketika meninggal rambut dikepala beliau hanya ditemukan 3 lembar uban. Ini membuktikan bagaimana sehatnya fisik, jiwa, hati dan pikiran Rasulullah.

Berikut tips agar rambut selalu sehat hitam dan tidak beruban seperti Rasulullah.

1. Bersabar

Rasulullah selalu bersabar dan paling sabar dalam segala hal. 

2. Tidak Pernah Marah

Rasulullah tidak pernah marah kecuali terkait pelanggaran terhadap hukum-hukum Allah SWT.

3. Jauh dari penyakit hati. 

Rasulullah jelas Tidak memiliki Penyakit Hati---Penyakit hati dapat membuat kerusakan pada fisik dan tubuh manusia. Seseorang yang selalu memlihara dan memiliki penyakit hati, akan mengalami perubahan dan kerusakan pada fisiknya, salah satunya pada pertumbuhan rambutnya.
Penyaskit hati bisa berupa; - Sirik, dengki, ria, sombong dll

4. Berwudhu

Membasuh kepala dalam berwudu memeberikan dampak yang baik terhadap kesehatan fisik terutama pada bagian kepala. Berwdhu meluruhkan dosa-dosa dan membersihkan pikiran yang jelek dari kepala. 


Tonton video Ceramah ustat Basalam tentang Penyakit hati, berupa perbedaan fisik antara seseorang yang memiliki penyakit hati dan yang bersih hatinya berikut ini :



Demikian cara dan tips yang ampuh menurut Rasulullah untuk mengatasi uban di kepala. Semoga bermanfaat. Terimakasih.

PENGERTIAN SHALAT DAN TATA CARA SHALAT NABI SAW

بِسْــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم

 PAI-- Sholat adalah tiang agama. Umat Islam wajib untuk melaksanakan sholat lima waktu, yakni Subuh, Zuhur, Ashar, Magrib, dan Isya.


Akan tetapi, apa sebenarnya pengertian sholat secara bahasa dan istilah? Berikut penjelasannya untuk disimak sebagai tambahan pengetahuan kita.

Sholat adalah ibadah atau sembahyang wajib bagi setiap umat Muslim. Pada pelaksanaannya, sholat tidak bisa dilakukan sembarangan. Terdapat syarat sah sholat yang perlu dipenuhi supaya sholatnya sah di mata Allah SWT.

Syarat sah sholat terdiri atas suci yaitu keadaan bersih dari hadas maupun najis, suci badan, tempat dan pakaian, salat sesuai waktunya, menutup aurat, dan menghadap kiblat.

Sementara itu, macam-macam sholat terbagi menjadi dua. Ada sholat fardu yang hukumnya wajib, dan sholat sunah yakni boleh dikerjakan tetapi tidak diwajibkan.


Pengertian Sholat secara Bahasa


Pengertian secara bahasa, sholat berasal dari bahasa Arab yaitu shalla, yang berarti doa atau cara berdoa untuk meminta permohonan kepada Allah SWT.

Sementara kata sholat atau salat dalam KBBI dideskripsikan sebagai ibadah kepada Allah SWT dan wajib dilakukan setiap Muslim sesuai syarat, rukun, dan bacaan tertentu.

Shalat secara etimologi (Bahasa) berarti doa', secangkan secara terminologi (istilah/syariat), shalat adalah perkataan dan perbuatan tertentu yang dimulai dengan takbir (takbiratur ihram), diakhiri/ditutup dengan salam'.

Makna dari pengertian sholat secara bahasa ini tertulis dalam arti Q.S. At-Taubah ayat 103, dengan bunyi seperti berikut:

Artinya: "Dan berdoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu menjadi ketenteraman jiwa bagi mereka, dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui."


Pengertian Sholat secara Istilah


Melansir dari laman NU, secara istilah pengertian sholat adalah rangkaian ucapan yang diawali dengan takbir dan diakhiri dengan salam.

Pengertian sholat secara istilah ini disampaikan Syekh Muhammad bin Qasim al-Gharabili dalam kitab Fathul Qarib (Surabaya:Harisma, 2005) hal.11 dengan narasi berikut:


Pengertian Sholat secara Bahasa


Pengertian secara bahasa, sholat berasal dari bahasa Arab yaitu shalla, yang berarti doa atau cara berdoa untuk meminta permohonan kepada Allah SWT.

Sementara kata sholat atau salat dalam KBBI dideskripsikan sebagai ibadah kepada Allah SWT dan wajib dilakukan setiap Muslim sesuai syarat, rukun, dan bacaan tertentu.

Makna dari pengertian sholat secara bahasa ini tertulis dalam arti Q.S. At-Taubah ayat 103, dengan bunyi seperti berikut:

وَصَلِّ عَلَيْهِمْ إِنَّ صَلَاتَكَ سَكَنٌ لَهُمْ وَاللَّهُ سَمِيعٌ عَلِيمٌ

Artinya: "Dan berdoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu menjadi ketenteraman jiwa bagi mereka, dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui."


Pengertian Sholat secara Istilah


Melansir dari laman NU, secara istilah pengertian sholat adalah rangkaian ucapan yang diawali dengan takbir dan diakhiri dengan salam.

Pengertian sholat secara istilah ini disampaikan Syekh Muhammad bin Qasim al-Gharabili dalam kitab Fathul Qarib (Surabaya:Harisma, 2005) hal.11 dengan narasi berikut:


Artinya: "Dan secara istilah (syara') sebagaimana yang dikatakan oleh Imam Ar-Rofi'i, salat adalah rangkaian ucapan dan perbuatan yang diawali takbir dan diakhiri dengan salam, serta syarat-syarat yang telah ditentukan."

Pengertian Shalat


Hikmah dari Sholat


Mustafa al-Khin dan Musthafa al-Bugha merangkum dalam Al-Fiqh al-Manhaji 'ala Madzhabi Imam al-Syafi'i (Surabaya: Al-Fithrah, 2000) juz I, hal.98, tentang hikmah dari sholat. Berikut hikmah melaksanakan sholat.

Pada rangkaian sholat terdapat sujud, yaitu posisi yang menunjukkan keadaan kita sebagai umat untuk merendahkan diri di hadapan Sang Pencipta. Sebab kita hanya seorang hamba yang mutlak sepenuhnya milik Allah SWT.

Dengan melaksanakan sholat, ini berarti tidak ada yang mampu memberikan sebaik-baiknya pertolongan, melainkan hanya bantuan dari kuasa Allah SWT.

Sholat fardu atau wajib ditetapkan sebanyak 5 kali dalam sehari. Ini adalah bentuk kecintaan dari Allah SWT untuk selalu membuka kesempatan umatnya dalam bertobat. Sebab dalam satu hari, setiap makhluk ciptaan Allah pasti tidak luput dari perbuatan dosa yang sengaja maupun tidak disengaja.

Sholat dapat memperkuat tingkat keimanan terhadap Allah SWT. Sebab dalam kehidupan sehari-hati, setiap makhluk ciptaan Allah pasti tidak luput dari godaan duniawi.

Itulah pengertian sholat secara bahasa dan istilah yang perlu dipahami umat Islam. Selain hukumnya wajib, salat menjadi kesempatan baik dalam mendekatkan diri pada Allah SWT.

DI MANA ALLAH ? (MEMAHAMI TAUHID)

بِسْــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم

PAI----Allah yang menciptakan kita mewajibkan kita untuk mengetahui di mana Dia, sehingga kita dapat menghadap kepada-Nya dengan hati, do'a dan shalat kita. Orang yang tidak tahu di mana Tuhan akan selalu sesat, dan tidak mengetahui bagaimana caranya beribadah yang benar. Sifat  atas atau tinggi yang dimiliki Allah atas makhluk-Nya tidak berbeda dengan sifat-sifat Allah yang lain sebagaimana diterangkan dalam Al Qur'an dan hadits shaheh, seperti 'mendengar', melihat, berbicara, turun dan lain-lain.

DI MANA ALLAH ? (MEMAHAMI TAUHID)

Aqidah para ulama salaf yang shaleh dan golongan yang selamat yaitu "Ahlussunnah wal jama'ah mempunyai keyakinan sesuai dengan apa yang terdapat dalam kitabullah tanpa ta'wil (menggeser ma'na yang asal ke ma'na yang lain), ta'til (meniadakan ma'nanya sama sekali) dan tasybih (menyamakan Allah dengan makhluk-Nya). Hal ini berdasarkan firman Allah :


"Tiadak ada suatu apapun yang sama dengan Allah dan Allah Maha Mendengar dan Maha Melihat." (Asysyura : 11)


Sifat-sifat Allah ini antara lain sifat atas atau tinggi tadi mengikuti dzat Allah. Oleh karena itu iman kepada sifat-sifat Allah tersebut juga wajib sebagaimana juga iman kepada dzat Allah. Imam Malik ketika ditanya tentang ma'na "istiwa" dalam firman Allah :


beliau menjawab : Istiwa itu sudah dimaklumi, yaitu berarti "Tinggi". Tetapi bentuknya bagaimana tidak diketahui, kita hanya wajib mengimaninya.

Perhatikanlah jawaban Imam Malik tadi yang menetapkan bahwa iman kepada istiwa itu wajib diketahui oleh setiap muslim. Tetapi bagaimana tingginya Allah dan hanya Allah saja yang mengetahui. Orang yang mengingkari sifat Allah yang telah ditetapkan dalam Al Qu'an dan hadits - antara lain sifat ketinggian Allah yang mutlak dan Allah di atas langit - maka orang itu berarti telah mengingkari ayat Al qur'an dan hadits yang menetapkan adanya sifat-sifat tersebut. Sifat-sifat tersebut meliputi sifat-sifat kesempurnaan, keluhuran dan keagungan yang tidak boleh diingkari oleh siapapun. Usaha sekelompok ulama yang datang belakangan untuk mena'wilkan ayat-ayat Al qur'an yang berhubungan dengan sifat Allah, yang terpengaruh oleh sifat yang merusak aqidah Islam, menyebabkan mereka menghilangkan sifat-sifat Allah yang sempurna dari dzat-Nya. Mereka bertentangan dengan metode ulama salaf yang dinilai lebih selamat, lebih tahu dan lebih kuat argumentasinya.



ALLAH DI ATAS ARASY


Al Qur'an hadits shaheh dan naluri serta cara berfikir yang sehat akan mendukung kenyataan bahwa Allah berada di atas arasy.


1. Allah SWT berfirman :


"Allah yang maha pengasih itu "Istawa" di atas arasy" (Taha : 4).


Sebagaimana diterangkan dalam hadits Bukhari, para tabiin menafsirkan istawa dengan naik dan tinggi.



2. Allah berfirman :



"Apakah kamu merasa aman terhadap yang di langit? Dia akan menjungkir-balikan bumi bersama kamu." (Almulk : 16)


Menurut Ibnu Abbas yang dimaksud yang di langit adalah Allah seperti dituturkan dalam kitab Tafsir Ibnul-Jauzi.



3. Firman Allah SWT :


Orang-orang takut kepada Tuhannya yang di atas mereka (Al-Nahl: 150)



4. Firman Allah tentang Nabi Isa As :


"Tetapi Allah mengangkatnya kepada-Nya." (Annisa : 158).


Maksudnya Allah menaikan Nabi Isa ke langit.



5. Allah berfirman :


"Ialah Allah yang ada di langit-langit." (Alan'am : 3)


Ibnu Katsir mengomentari ayat ini sebagai berikut : Para ahli tafsir sependapat bahwa kita tidak akan berkata seperti ucapan kaum Jahmiyah (golongan yang sesat) yang mengatakan bahwa Allah itu berada di setiap tempat. Maha Suci Allah dari ucapan mereka.


Adapun firman Allah :


"Dan Allah selalu bersamamu di mana kamu berada." (Alhadid : 4)


Yang dimaksud adalah Allah itu selalu bersama kita, dimana Allah mendengar dan melihat kita, seperti keterangan dalam Ibnu Katsir dan Jalalain.


6. Rasulullah SAW Mi'raj ke langit ketujuh dan berdialog dengan Allah serta diwajibkan untuk melakukan shalat lima waktu (Riwayat Bukhari dan Muslim).


7. Rasulullah SAW bersabda :

"Kenapa kamu tidak mempercayaiku, padahal saya ini dipercaya oleh Allah yang ada di langit?" (Riwayat Bukhari dan Muslim).


8. Rasulullah SAW bersabda : "Sayangilah orang-orang yang ada di bumi maka yang di langit (Allah) akan menyayangimu." (Riwayat Turmudzi).


9. Rasulullah SAW pernah menanyai seorang wanita budak : "Dimana Allah?" Jawabnya : "Di langit!" Rasulullah bertanya lagi : "Siapa saya?" Dijawab lagi  : "Kamu Rasulullah." Lalu Rasul Allah bersabda : "Merdekakanlah dia karena dia seorang mukminah!"


10. Sabda Rasulullah SAW : "Arsy berada di atas, dan Allah berada di atas arsy. Allah mengetahui keadaan kamu."


11. Abu Bakar Shiddiq berkata : "Barang siapa menyembah Allah maka Allah berada di langit, ia hidup dan tidak mati." (Riwayat Imam Darimi dalam Alradd alal Jahmiyah).


12. Abdullah bin Mubarak pernah ditanya :  "Bagaimana kita mengetahui Tuhan kita?" Maka beliau menjawab : "Tuhan kita di atas langit, di atas arsy, berbeda dengan makhluk-Nya." Maksudnya dzat Allah berada di atas arsy, berbeda dan berpisah dengan makhluknya, dan keadaannya di atas arsy tersebut tidak sama dengan makhluk.


13. Imam Abu Hanafah menulis kitab kecil berjudul "Sesungguhnya Allah itu di atas arsy." Beliau menerangkan hal itu seperti dalam kitabnya "Al-Ilm wal-Muta'allim."


14. Orang yang sedang shalat selalu mengucapkan "Subhana Rabiala'la (maha suci Tuhanku Yang Maha Tinggi). Ketika berdoa ia juga mengangkat tangannya dan menadahkan ke langit.


15. Anak kecil ketika anda tanya di mana Allah, mereka akan segera menjawab berdasarkan naluri mereka bahwa Allah berada di langit.


16. Otak yang sehat juga mendukung kenyataan bahwa Allah berada di langit. Seandainya Allah berada di semua tempat, niscaya Rasulullah pernah menerangkan dan mengajarkan kepada para sahabatnya. Kalau Allah berada di SEGALA TEMPAT berarti Allah juga berada ditempat-tempat yang najis dan kotor. Maha suci Allah dari anggapan itu.


KESIMPULAN 

Beriman kepada seluruh sifat-sifat Allah yang diterangkan dalam Al Qur'an dan hadits adalah wajib. Tidak boleh membeda-bedakan antara sifat yang satu dengan sifat yang lain, sehingga kita hanya mau beriman kepada sifat yang satu dan ingkar kepada sifat yang lain. Orang yang percaya bahwa Allah itu Maha Mendengar dan Maha Melihat, dan percaya bahwa mendengar dan melihatnya Allah tidak sama dengan mendengar dan melihat makhluk, maka ia juga harus percaya bahwa Allah itu tinggi di atas langit dengan cara dan sifat yang sesuai dengan keagungan Allah dan tidak sama dengan tingginya makhluk, karena sifat tingginya itu adalah sifat yang sempurna bagi Allah. Hal itu sudah ditetapkan sendiri oleh Allah dalam kitab-Nya dan sabda-sabda Rasulullah SAW. Fitrah dan cara befikir yang sehat juga mendukung kenyataan tersebut.

INILAH PENGERTIAN DAN 4 POKOK WUDHU PENTING YANG SERING TERLUPAKAN

بِسْــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم

PAI---- Pengertian Wudhu adalah kegiatan bersuci dengan air. Apa saja anggota badan kita yang disucikan di dalam wudhu? ketiak berwudhu kita membasuh wajah, kedua tangan, kepala, dan kedua kaki. Wudu (Arab: الوضوء al-wuū'Persia:آبدست ābdastTurki: abdest, Urdu: وضو wazū') adalah salah satu cara menyucikan anggota tubuh dengan air. Seorang muslim diwajibkan bersuci setiap akan melaksanakan salat. Berwudu bisa pula menggunakan debu yang disebut dengan tayammum


Perintah berwudhu sendiri telah tercantum dalam Al-Qur'an, ini tercantum di surat Al Maidah ayat 6. Allah berfirman, “Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan shalat, maka basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan siku, dan sapulah kepalamu dan (basuh) kakimu sampai dengan kedua mata kaki, dan jika kamu junub maka mandilah, dan jika kamu sakit atau dalam perjalanan atau kembali dari tempat buang air (kakus) atau menyentuh perempuan, lalu kamu tidak memperoleh air, maka bertayammumlah dengan tanah yang baik (bersih); sapulah mukamu dan tanganmu dengan tanah itu. Allah tidak hendak menyulitkan kamu, tetapi Dia hendak membersihkan kamu dan menyempurnakan nikmat-Nya bagimu, supaya kamu bersyukur”. 

Begitu pentingnya berwudhu hingga dikaitkan dengan sholat sempurna, tidak syah dan tida sempurna sholat seseorang jika tidak benar wudhunya. 

Abu Hurairah r.a. meriwayatkan bahwa Rasulullah saw bersabda, "Allah tidak menerima shalat salah seorang diatara kalian yang berhadas sampai ia berwudhu." (HR Bukhari, Muslim, Abu Dawud, dan at-Tirmidzi)

Adapun 4 Pokok Wudhu yang Penting, Jika ingin sholat sempurna, sempurnakan dulu Wudhlu anda. Jika wudhlunya sempurna baik, Insya Allah sholatnya bisa sempurna.

Hakikatnya, jika wudhlu yang benar dan baik, maka kekotoran dan dosa-dosa dari anggota tubuh yang dibasuh oleh wudhu akan jatuh bersama air wudhu yang jatuh kebumi.

Dalam berwudhu, yang pokok itu ada empat, yang lain Sunat. jika yang 4 hal tersebut tidak sempurna maka tidak sah dan batal wudhunya.

Berikut inilah 4 Pokok Wudhu yang Penting yang menentukan sah tidaknya wudhu dan sholat kita.

1. Basuh wajah (Bagian tampak muka) Membasuh wajah, tumpahkan air pada bagian wajah yang dibasuh.

2. Mambasuh kedua tangan (dari punggung telapak tangan hingga siku)

3. Mengusap bagian kepala (air yang ditampung ditangan ditumpahkan lalu sisa air di tangan di usapkan kekepala).

4. Membasuh kedua kaki (Mambasuh Kaki hingga mata Kaki) baik kaki kanan maupun kaki kiri.


Demikian pengertian dan empat 4 pokok wudhu yang penting. semoga bermanfaat. trimakasih sudah berkunjung di blog sederhana ini. Wassalam.

INILAH BACAAN TALBIYAH UNTUK IBADAH HAJI DAN UMROH : TULISAN LATIN, ARAB, DAN ARTINYA

بِسْــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم

PAI---Inilah Bacaan Talbiyah untuk ibadah haji dan umroh: Tulisan Latin, Arab, dan Artinya-Dalam melakukan ibadan Haji atau Umroh, salah satu sunnah yang dikerjakan oleh calon jamaah haji atau umroh adalah mengucapkan bacaan talbiyah. Pada kitab Al- Muhadzdzab fi Fiqh al-Imam al-Syafi’i (Damaskus: Dar al-Qalam, 1992) lantunan kalimat tersebut dianjurkan sudah mulai dilantunkan sejak berniat dan keluar dari rumah dalam perjalanan menuju Masjidil Haram di Mekah. 

Inilah Bacaan Talbiyah untuk ibadah haji dan umroh

Penulis kitab tersebut, Imam Abu Ishak Ibrahim bin Ali bin Yusuf al-Fairuzzabadi al-Syairazi juga menyebutkan bahwa dalam kondisi perjalanan yang berat semisal menanjak atau menurun, kalimat talbiyah lebih disunnahkan terucap ketimbang kalimat lainnya.

amaah calon haji atau umroh yang sudah melaksanakan ihram sangat disunnahkan mengucap talbiyah dengan suara dikeraskan. Ihram sendiri adalah keadaan saat para jama’ah mengenakan busana tak berjahit, yakni kain berwarna putih sebelum memasuki miqot (batas wilayah) di tanah halal. 

Khusus untuk jama’ah calon haji, talbiyah dibaca terus menerus hingga tiba waktunya melontar jumrah aqabah pada tanggal 10 Dzulhijjah. 

Bacaan talbiyah memiliki makna menjawab panggilan Allah untuk melakukan ibadah haji atau pun umroh. Seperti layaknya seorang hamba yang menjawab patuh saat diperintah oleh Pencipta-nya, maka rangkaian kalimat itu sebagian besar berisi pujian dan ikrar ketaatan, juga ketauhidan.

Ibnul Qoyim dalam Mukhtashar Tahdzib Sunan 2/335 menyebutkan bahwa “Pujian kepada Allah adalah yang paling bisa mendekatkan hamba kepada Allah yaitu mengakui bahwa Allah yang memberikan nikmat semuanya.”


Lafaz bacaan talbiyah dan artinya: 


لَبَّيْكَ اللَّهُمَّ لَبَّيْكَ، 

Labbaika allahumma labbaik (Aku datang memenuhi panggilan-Mu ya Allah, aku datang) 


لَبَّيْكَ لاَ شَرِيْكَ لَكَ لَبَّيْكَ 

Labbaika laa syariika laka labbaik (Aku penuhi panggilan-Mu ya Allah, tiada sekutu bagi-Mu, aku penuhi panggilan-Mu)


إِنَّ الْحَمْدَ وَالنِّعْمَةَ لَكَ وَالْمُلْكَ لاَ شَرِيْكَ 

Innal hamda wan ni’mata laka wal mulk laa syariikalaka (Sesungguhnya segala puji, nikmat dan kerajaan hanyalah kepunyaan-Mu, tiada sekutu bagi-Mu) 


Dalil dari kalimat dan bacaan talbiyah di atas bersumber dari hadist riwayat Muslim. 


Bacaan shalawat setelah talbiyah 


Setelah mengucapkan kalimat talbiyah seperti di atas, maka jama’ah akan melanjutkan dengan memberikan shalawat kepada Rasulullah salallahu ‘alaihi wassalam. Bacaannya seperti umumnya shalawat yakni:


اللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلٰى اٰلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّد 

Allahumma shalli wa sallim ‘alaa sayyidina Muhammadin wa ‘alaa aali sayyidina Muhammadin (Ya Allah berilah kesejahteraan dan keselamatan atas junjungan kami Nabi Muhammad dan keluarganya”). 


Setelah memuji Allah Subhanahu wata’ala dengan kalimat talbiyah, disambung dengan memuji Rasulullah salallahu ‘alaihi wassalam, sunnah selanjutnya adalah berdo’a untuk diri sendiri. Inti dari do’a berisi permohonan agar Allah Subhanahu wata’ala ridha kepada ibadah yang dilakukan yakni haji atau umroh tersebut. 


Berikut bacaan do’a yang disunnahkan dalam rangkaian pelaksanaan talbiyah: 


اللّٰهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ رِضَاكَ وَالْجَنَّةَ وَ نَعُوْذُبِكَ مِنْ سَخَطِكَ وَالنَّارِ. رَبَّنَا اٰتِنَا فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلٰاخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ 

Allahumma inna nas aluka ridhaaka wal jannata wa na’uudzubika min sakhaatika wannaar. Rabbanaa aatinaa fiddunyaa hasanataw wa fil aakhirati hasanataw waqinaa adzaabannaar. 


Artinya: 

“Ya Allah sesungguhnya kami memohon keridhaan dan surgaMu, kami berlindung padaMu dari murkaMu dan neraka. Wahai Tuhan kami, karuniailah kami kebaikan di dunia dan kebaikan pula di akhirat dan hindarkanlah kami dari siksa neraka.” 

Pengulangan dari bacaan talbiyah, sholawat dan do'a tersebut terus dilakukan, baik secara lirih, keras atau dalam hati selama perjalanan keberangkatan hingga tiba di Masjidil Haram.

Demikianlah tulisan singkat tetang Bacaan Talbiyah untuk ibadah haji dan umroh, untuk anda yang ingin belajar dan persiapan berangkat haji dan umroh. terimakasih semoga bermanfaat. Wassalam.

PERBEDAAN 4 ALIRAN MAHZAB DALAM ISLAM DAN PERKEMBANGANNYA

بِسْــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم

PAI-Pendidikan Agama Islam----Saudara ku seiman sekalian, Ada 4 aliran Mahzab dalam Islam, Syafii, Maliki, Hambali, dan  Hanafi  ke 4 mahzab ini memiliki sejarah dan perbedaan sendiri-sendiri, dan Ke empat mazhab fiqih ini telah mempengaruhi perkembangan Islam di seluruh dunia.


https://youtu.be/HuiksAw9gLw

INILAH DOSA DAN BAHAYA DUSTA

بِسْــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم

PAI---Dalam keseharian kita mengenal istilah kebohongon, baik kebohongan individu ataupun kebohongan publik, yang marak dibicarakan diberbagai media masa. Bohong atau dusta, menurut kamus Besar Bahasa Indonesia, bermakna tidak sesuai dengan hal (keadaan dsb)yang sebenarnya atau palsu. Adapaun dalam bahasa Arab, kebohongan (al-kadzibu), menurut Profesor Dr. Rawwas Qal'ahji dalam Mu'jam Lughah al-Fuqaha, adalah lawan dari kejujuran.

Allah SWT sudah menetapkan bahwa tak ada satu pun perbuatan yang yang terlepas dari hisab termasuk ucapan:

---Ayat---

Janganlah kamu mengikuti apa saja yang tidak kamu ketahui. Sungguh pendengaran, penglihatan dan hati, semua itu akan diminta bertanggung jawaban (TQS al-Isra' [17]: 36).

Allah SWT pun mengingatkan bahwa ada malaikat yang selalu mendampingi manusia dan mencatat apa yang keluar dari lisannya:

Tiada suatu ucapan pun yang dia ucapkan melainkan di dekatnya ada malaikat pengawas yang selalu hadir (TQS Qaf [50]:18).

Kedudukan seorang hamba di akhirat kelak salah satunya juga ditentukan dari kemampuannya menjaga liasnnya, termasuk jujur dalam perkataan. Nabi saw. bersabda:

Siapa aja yang menjamin untuk apa yang ada di atara dua rahangnya dan apa yang ada diantara dua kakinya, niscaya aku menjamin surga bagi dirinya. (HR al-Bukhari).

Dengan demikian kejujuran adalah bagian integral dari agama ini, bukan sekedar demi pencitraan. Kejujuran dan keimanan merupakan dua hal yang saling berdampingan. Allah SWT memerintahkan kita untuk senantiasa bersama orang-orang yang benar/jujur. (shiddigin):

--- Ayat ---

Hai orang-orang yang beriman, bertawakallah kalian kepada Allah SWT, dan hendaklah kalian selalu bersama orang-orang yang benar/jujur (TQS at-Taubah [9]:119).

Di antara kadar keimanan seseorang ditandai dengan keteguhannya dalam menjaga lisannya agar senantiasa lurus. Nabi Muhammad saw. bersabda:

--- Ayat ---

Tidaklah lurus iman seseorang hamba sampai lurus hatinya dan tidaklah lurus hatinya sampai lurus lisannya (HR Ahmad).

Berkaitan dengan menjaga lisan, Iman Syafii rahimahullah telah berkata, "Jika seseorang mau berbicara, maka sebelum dia berbicara hendaklah berpikir. Jika tampak jelas maslahatnya maka dia berbicara. Jika dia ragu-ragu maka dia tidak akan berbicara sampai jelas maslahatnya."

Di antara lurusnya lisan adalah jujur dalam berbicara. Kejujuran ini akan mengantarkan pada kebaikan dan selanjutnya membawa pelakunya ke surga. Nabi Muhammad saw bersabda:

--- Ayat ---

"Sesungguhnya kejujuran akan membimbing menuju kebaikan dan kebaikan akan membimbing menuju surga. Sungguh seseorang akan bersungguh-sungguh berusaha untuk jujur sampai akhir ia menjadi orang benar-benar jujur." (HR. al-Bukhari).

Bahaya Dusta

Sungguh memprihatinkan sekarang ini umat Muslim menganggap kebohongan adalah sebagai hal yang biasa, bahkan dianggap sebagai bagian dari kehidupannya. Kita mengenal istilah Aplir Mop, Prank, rekayasa atau pencitraan atas suatu produk atau tokoh agar mendapatkan simpati dan mendapatkan dukungan. Hal ini berkembang di masyarakat bahkan menjadi industri tertentu. Pelaku bisnis sering membuat opini palsu tentang suatu produk agar dianggap penting oleh konsumen sehingga mereka akan mencari dan membeli produk tersebut. Jadilah produk itu harganya melambung dan membuat prestise pemiliknya. Terhadap hal ini Nabi Muhammad saw mengingatkan:

--- Ayat ---

"Para pedagang adalah tukang maksiat." Di antara para sahabat ada yang bertanya, "Wahai Rasulullah, bukankah Allah telah menghalalkan jual beli?" Rasulullah menjawab; "Ya, namun mereka sering bersumpah, namun sumpahnya palsu." (HR Ahmad dan ath Thabari).

Meski demikian Nabi Muhammad saw. Juga menyampaikan keutamaan para pedagang yang jujur dan dapat dipercaya:

--- Ayat ---

"Pedagang yang jujur dan terpercaya akan dibangkitkan bersama para nabi, shiddigin dan para syuhada." (HR at-Tirmidzi).

Berdusta bukanlah karakter seorang Muslim,  melainkan ciri kemunafikan, sebagaimana sabda Rasulullah saw:

--- Ayat ---

"Tanda orang munafik ada tiga: jika bicara, dusta; jika berjanji, ingka ; jika dipercaya, khianat." (HR al-Bukhari).

Diantara berkata dusta adlaah mencertiakan apa yang sebenarnya tidak ia saksikan. Artinya, ia mengarang-mengarang cerita yang kemudian disebarkan kepada orang lain.       

--- Ayat ---

"Di antara sebesar-besarnya kedustaan adalah orang yang mengaku matanya telah melihat apa yang sebetulnya tidak dia lihat." (HR al-Bukhari).

Dalam kehidupan, sering orang berdusta baik untuk keuntungan dirinya maupun untuk merampas hak orang lain, dan membuat orang lain celaka. Para koruptor memalsukan laporang keuangan, tanda bukti pembayaran, dsb. Ada juga orang-orang yang ingin menjatuhkan kehormatan seseorang dan merampas haknya tanpa takut memberikan kesaksian palsu di pengadilan maupun kepada orang lain. Padahal bersaksi palsu, apalagi untuk merampas hak sesama, adalah salah satu dosa besar yang sudah diperingatkan oleh Nabi Muhammad saw., "Perhatikanlah (wahai para Sahabat), maukah aku tunjukan kepada kalian dosa-dosa yang paling besar?" Beliau mengatakan itu sampai tiga kali. Kemudian para sahabat mengatakan "Tentu, wahai Rasulullah." Beliau bersabda, "Syirik kepada Allah, durhaka kepada kedua orang tua." Sebelumnya beliau bersandar. Lalu beliau duduk dan bersabda, "Perhatikanla, dan perkataan palsu (perkataan dusta)." Beliau terus mengulangi hal itu (HR Muttafaq alaihi).

Dengan kesaksian palsu, pengadilan dapat memberikan keputusan yang akhirnya keliru dan merugikan orang yang tidak bersalah, atau menggugurkan hak yang semestinya menjadi miliknya. Lewat kesaksian palsu pula seorang yang tak bersalah dapat diperlakukan sebagai pesakitan, dijadikan musuh masyarakat sehingga dibenci banyak orang. Pantaslah bila Islam menempatkan kesaksian palsu sebagai dosa besar yang kelak akan menyeret pelakunya ke dalam siksa Allah SWT. "Kalian menyerahkan persengketaan kalian kepadaku. Namun, bisa jadi sebagian dari kalian lebih lihai dalam berargumen daripada yang lain. Karena kelihaian argumennya itu, lalu aku memutuskan bagi dia sesuatu hal yang sebenarnya itu adalah hak dari orang lain, maka pada hakikatnya ketika itu aku telah menetapkan bagi dirinya sepotong api neraka. Oleh karena itu, hendaknya jangan mengambil hak orang lain." (HR al-Bukhari).

Perbuatan menipu dan memperdaya orang lain akan lebih berat lagi manakala dilakukan oleh para penguasa yang menipu rakyatnya. Nabi Muhammad saw bersabda:


"Tidaklah seorang hamba pun yang diberi amanah oleh Allah untuk memimpin rakyatnya yang pada hari kematiannya ia masih berbuat curang atau menipu rakyatnya, melainkan Allah mengharamkan surga bagi dirinya." (HR Muttafaq 'alaih).

Al-Amir ash-Shan'ani di dalam Subul as-Salam menjelaskan bahwa ghissyu itu terjadi denga kezaliman dia terhadap rakyat dengan mengambil harta mereka, menumpahkan darah mereka, melanggar kehormatan mereka, menghalangi diri dari keperluan dan kebutuhan mereka, menahan dari mereka harta Allah SWT yang Allah tetapkan menjadi milik mereka yang dintentukan untuk pengeluaran-pengeluaran, tidak memberitahu mereka apa yang wajib atas mereka baik perkara agama dan dunia mereka, mengabaikan hudud, tidak menghalangi orang-orang yang membuat kerusakan, menelantarkan jihad dan lainnya yang di dalamnya terdapat kemaslahatan hamba, Termasuk mengangkat orang yang tidak melingkupi mereka dan tidak memperhatikan perintah Allah tentang mereka dan mengangkat orang yang mana Allah lebih meridhai orang lainnya padahal orang lain yang lebih diridhao oleh Allah itu ada. Hadis-hadis menunjukana haramnya al-ghisyyu (penipuan/khianat) dan bahwa itu termasuk dosa besar karena adanya ancaman terhadap (pelaku) al-ghisyyu itu sendiri.

Terhadap penguasa yang demikian, Nabi Muhammad saw. Mengingatkan, "Sungguh akan ada setelahku para pemimpin pendusta dan zalim. Siapa saja yang mendatangi mereka, kemudian membenarkan kebohongan mereka, atau membantu mereka dalam kezaliman mereka, maka dia bukan dari golonganku dan aku bukan dari golongannya, dan dia tidak akan minum dari telagaku." (HR Ahmad). Wallahu a'lam bin ash-shawab.

Hikmah Penutup 

Rasulullah saw. bersabda:

"Akan datang kepada manusia tahun-tahun yang penuh dengan penipuan. Ketika itu pendusta dibenarkan, sedangkan orang yang jujur malah didustakan; penghianat dipercaya, sedangkan ornag yang amanah justru dianggap sebagai penghianat. Pada saat itu Ruwaibidhah berbicara. "Ada yang bertanya. "Apa yang dimaksud Ruwaibidhah? "Beliau menjawab. "Orang bodoh yang turut campur dalam urusan masyarakat luas." (HR Ibnu Majah). 

Cari Artikel